Sunday, April 12, 2020

TENTANG BELAJAR KOPI.

Tentang belajar kopi.
Kopi, hari ini, menjadi kegiatan utama saya dalam mengisi hari. Selain menyeduh dan menikmatinya, saya juga mendapatkan uang dari usaha berdagang kopi berbasis rumahan. Sebut saja makelar kopi kecil-kecilan.
Berjualan biji dan bubuk (kopi giling) ini ternyata sudah berjalan lebih dari 2 (dua) tahun. Waktu yang cukup lama bagi saya yang sedang belajar berdagang dan mengenal dunia kopi. Di sisi lain, ternyata itu rentang waktu yang masih (sangat) pendek bagi orang kopi beneran. Ini istilah saya sendiri untuk menyebut orang-orang yang demikian ahli dan berdedikasinya dalam bidang kopi.
Mereka jumlahnya sangat banyak, dan makin hari sepertinya makin banyak. Sebagian selalu hadir dan muncul sebagai tokoh, sebagian jarang atau tak pernah muncul (atau tak pernah mau dikenal) di depan umum. Mereka tentu saja sangat senior, guru, dan saya beruntung bisa mengenal sekaligus belajar kopi, baik langsung maupun tidak langsung.
Keberuntungan saya lalu berlipatganda, karena dengan mengenal dan belajar dari guru-guru tersebut, kawan-kawan dan orang-orang di sekitar saya kemudian menganggap saya seperti ahli kopi. Padahal bukan. Atau setidaknya belum ada apa-apanya. Lebih tepatnya, saya sekadar sok tahu tentang kopi.
Selalu teringat pesan salah satu guru kopi saya, “Makin banyak belajar tentang kopi, bakal ngebuka mata elu, bahwa yang elu pelajari masih sangat kecil, sangat sedikit, nggak ada apa-apanya…”
Ini benar sekali. Setidaknya saya sendiri merasakannya. Belajar kopi itu endless. Tanpa batas dan selalu ada yang baru. Sangat dinamis. Ini cocok sekali buat saya yang gampang bosenan. Selalu muncul rasa penasaran yang konstan, setiap hari. Ini tantangan tanpa akhir, kalo boleh saya sebut demikian.
Tapi kalo ada di antara Anda yang merasa sudah ahli, atau master (atau bahkan grandmaster), ya silakan. Tidak jadi masalah, no problemo. Ini negara bebas, dan saya atau siapapun tidak punya hak apa-apa untuk menilai Anda. Saya malah mungkin jadi senang, setidaknya ada kemungkinan nambah guru lagi buat belajar kopi, kan?
Kalo buat saya pribadi, belajar kopi itu bukan buat petentang-petenteng jadi jagoan. Lalu pengennya ngadu ilmu, misalnya buat jadi orang yang paling jago bikin kopi sedunia-akhirat. Atau orang yang kopinya paling perfect, yang lain ke laut aje. Hal-hal macam gini, buat saya, sepertinya lebih cocok diterapkan di dunia persilatan. Atau olahraga saja.
Lalu kalo ada lomba-lomba nyeduh atau kompetisi barista, bahkan tingkat internasional dan antar planet begitu, apakah saya ndak setuju? Tentu saja bukan begitu. Kalo ini kan urusannya sudah bukan pribadi lagi. Ini kan buat kebaikan bersama. Agar kepentingan orang banyak tidak terganggu, sebaiknya ya kita mendukung saja, sebaik-baiknya.
Saya malah seringkali takjub dengan kemampuan orang-orang itu dalam mengolah kopi, menyajikannya sedemikian rupa, sehingga menjadi luar biasa. Lebih seringnya sih sirik, karena belum punya skill dan nyali yang cukup untuk ikut lomba-lomba semacam itu. Maka, Joyolah para penyeduh kopi INDONESIA!

Ullil
Jaringan Warkop Nusantara (JWN)

Follow instagram : @warkopjoyo99
Tulisan ini hanya opini pribadi, sebagai bagian dari pencitraan, jangan percaya begitu saja.